Tentang Issho Mochi, Perayaan Ulang Tahun Pertama di Jepang
Sebagai negara yang penuh dengan tradisi, kehidupan warga negara Jepang tidak terlepas dari yang namanya upacara, festival, dan tradisi yang harus diikuti. Budaya Jepang memiliki banyak upacara dan tradisi berbeda yang mewakili dan memperkuat semangat anak-anak.
Hal ini terlihat dari perayaan hari-hari khusus seperti Hari Perempuan (Hinamatsuri), Hari Anak, upacara usia Shichi-Go-San untuk anak perempuan berusia 3 dan 7 tahun, serta anak laki-laki berusia 3 dan 5 tahun, hingga Hari Kedewasaan (Seijin-no-hi) ketika mereka berusia 20 tahun.
Meski demikian, diantara semuanya, ada satu perayaan lagi yang tidak begitu dikenal di luar pulau Jepang. Perayaan ini disebut Issho Mochi atau perayaan ulang tahun pertama.
Seperti yang juga terjadi di beberapa negara Asia lainnya, di Jepang, tradisi perayaan ulang tahun memang lebih berkaitan dengan datangnya tahun baru, daripada tanggal ulang tahun yang sebenarnya.
Menurut tradisi ini, dan sampai sekitar akhir Perang Dunia II, kebiasaan umum orang Jepang yang tersebar luas adalah merayakan ulang tahun pada Malam Tahun Baru (大 晦 日 - ômisoka).
Tradisi ini termasuk bagian dari merayakan ulang tahun sebagai "bertumbuhnya satu tahun lebih tua" pada Malam Tahun Baru. Artinya pada tanggal tersebut, semua orang Jepang dulu menganggap diri mereka semua bertambah umur satu tahun.
Dengan merayakan tradisi ini, beberapa situasi aneh mungkin terjadi, khususnya pada bayi dan penghitungan usia mereka. Misalnya, mengingat bayi secara tradisional dianggap sudah berusia satu tahun pada saat lahir, maka bayi yang lahir tiga hari sebelum Tahun Baru juga akan dianggap berusia 2 tahun pada saat tahun baru. Hal ini mungkin membingungkan bagi kebanyakan orang yang terbiasa menghitung usia seseorang mulai dari 0 tahun.
Meski demikian, saat ini kebanyakan orang Jepang merayakan ulang tahun pada bulan dan hari kelahiran mereka. Adanya tradisi ini mungkin terkait dengan masa lalu ketika kematian bayi tinggi, dan seorang anak yang bertahan hidup di tahun pertama kehidupannya adalah sesuatu yang istimewa dan luar biasa istimewa untuk dirayakan, sehingga muncullah tradisi Ulang Tahun Pertama (一 升 餅 - Issho Mochi atau 初 誕生 - Hatsu Tanjo).
Ilustrasi japaniseme.com |
Menurut tradisi ini, pada hari ulang tahun pertamanya, bayi harus membawa mochi merah-putih khusus yang dikenal sebagai "Tanjô Mochi" (誕生 餅) atau "Issho Mochi" (一 升 餅).
Di Jepang feodal, "issho" adalah ukuran cairan umum yang saat ini masih digunakan untuk mengukur hal-hal tertentu seperti alkohol atau sake Jepang. Itu setara dengan sekitar 1.800 cc. Dalam kasus kue beras, beratnya adalah 1,8 kilogram.
Kue beras ini lalu ditempatkan di kain pembungkus tradisional (furoshiki) dan nama dari anak itu tertulis di punggung atau bahunya dengan warna merah. Kemudian anak harus berjalan beberapa langkah dengan kue beras yang diikat di punggungnya.
Nama kue beras "issho" itu sendiri merupakan simbolik karena bersifat homonim. Di satu sisi, secara harfiah berarti metrik volume seperti yang sebelumnya yang dijelaskan di atas. Di sisi lain, ditulis dengan kaligrafi atau karakter Jepang yang berbeda, 一生 - issho bisa juga berarti "seumur hidup". Ini penting untuk upacara, karena melambangkan perayaan hidup bahagia dan umur panjang.
Pada dasarnya ritual perayaan ini disiapkan oleh orang tua bayi dengan harapan terbaik untuk anaknya. Dengan melaksanakannya, anak dianggap tidak hanya diberkati dengan makanan dan barang, tetapi juga konsep Jepang "enman" (円 満).
Kata enman disini adalah kata yang sangat positif yang mencakup konsep kesempurnaan, harmoni, kedamaian, kelancaran, kelengkapan, kepuasan dan integritas. Ini adalah kualitas dan karakteristik yang diinginkan oleh orang tua dalam kehidupan bayi.
Simbolisme tambahan lainnya pada upacara ini adalah keinginan orang tua agar anak-anak mereka tidak tumbuh terlalu cepat. Di Jepang kuno, pada umumnya dianggap bahwa anak-anak yang dapat berjalan sebelum ulang tahun pertama memiliki kejahatan dan disebut sebagai anak iblis (鬼子 - oni ko). Anak-anak semacam ini ditakuti dan dihindari, sehingga orang tua akan melarang anak-anak mereka berjalan sendiri sampai pada upacara ulang tahun pertama mereka.
Namun, tradisi ini memiliki nama dan detail karakteristik yang berbeda-beda tergantung pada wilayah di Jepang loh. Di Kyushu, misalnya, ini dikenal sebagai "mochi stepping" (餅 踏 み - mochi fumi) dan 草鞋 - waraji (bayi menginjak mochi dengan sandal jerami seukuran bayi).