Kawaii : Asal Usul, Makna, Dan Pengaruhnya Dalam Budaya Jepang


Jepang menyukai semua hal yang kawaii, atau cute. Kawaii lebih dari sekadar kata, itu tertanam dalam semua aspek kehidupan moderen di Jepang. Tapi apa sebenarnya kawaii itu? Dan dari mana asalnya? Baca terus untuk mengetahui lebih lanjut mengenai budaya kawaii di Jepang.



Asal Kata Kawaii dan Artinya

Ada kata moderen yang berasal dari Era Taisho (1912-1926), yakni "kawayushi". Kata ini berarti malu, pemalu, menyedihkan, rentan, menyenangkan dan kecil. Kata kawaii mungkin berasal dari sini, karena memiliki banyak arti yang sama. Kawaii adalah kata yang memiliki banyak makna, dan meskipun secara umum diartikan sebagai "imut", menyatakan ini sebagai satu-satunya konotasi adalah salah.

Kawaii sendiri dapat berarti kekanak-kanakan, polos, bulat, pemberontak, penyayang, menyedihkan, dan diakui. Kawaii juga merujuk pada seseorang yang tidak memiliki sifat yang tidak menyenangkan.

Kawaii mengacu pada perasaan cinta, perhatian, dan perlindungan. Ini didasarkan pada ciri-ciri fisik yang manis dari anak-anak kecil dan bayi hewan. Kawaii yang umum saat ini merupakan hasil asimilasi budaya Amerika ke Jepang selama Perang Dunia II. Pengaruh ini berupa mata bulat yang besar.


Sejarah Kawaii

Jejak pertama dari kawaii dapat dilihat dalam seni zaman Edo (1603-1868), dengan cetakan balok kayu yang dikenal sebagai "dijinga", yang secara harfiah berarti "gambar orang cantik".

Kawaii menjadi mainstream melalui tiga perkembangan utama: Girl's Illustrations, Shojo, dan Fancy Goods Marketing. Girl's Illustrations memiliki era yang sama dengan cetakan balok kayu. Sementara ilustrator shojo pertama adalah Yumeji Takehisa pada tahun 1914. Kala itu, kawaii mengacu pada orang-orang dari posisi yang lebih rendah dalam masyarakat, sebuah stigma yang tidak hilang sampai tahun 1980-an.

Dikatakan bahwa budaya kawaii lahir dari hasil karya Takehisa. Desainnya menggabungkan Timur dengan Barat. Ia menggunakan mata bulat dalam ilustrasinya, dan menjadi orang pertama yang menggunakan kawaii untuk merujuk pada karya chiyogami (cetakan balok kayu datar di atas kertas). ini digunakan untuk origami dan kerajinan lainnya.

Shojo juga digunakan sebagai cara untuk memasarkan dan mengembangkan mode pasca Perang Dunia II. Sebelumnya, publikasi fashion tidak pernah menyasar remaja, hingga sampai diperkenalkannya gambar full body karakter Shojo dalam tren yang apik.

Shojo dengan ekstensi kawaii dilakukan dengan banyak cara, termasuk mengenakan aksesoris atau benda tertentu, atau jenis pakaian tertentu. Hal-hal lucu yang disukai seorang gadis merupakan bagian dari identitasnya.


Perkembangan Budaya Kawaii

Saat ini kawaii menembus setiap aspek kehidupan di Jepang, tidak lagi terbatas pada remaja dan perempuan muda. Banyak bisnis menggunakan maskot kawaii sebagai taktik bisnisnya. Hal ini bisa juga ditemui pada tanda resmi dan utilitas seperti penutup lubang got.

Bintang pop, baik pria maupun wanita, mengenakan pakaian kawaii, dan bertindak dengan gaya yang super imut. Selain itu, banyak makanan ringan yang dipasarkan dalam kemasan yang cerah dan imut. Bahkan media sosial khusus Jepang LINE, kental dengan unsur kawaii.

Berbicara soal kawaii di Jepang tidak akan ada habisnya. Jika kalian pertama kali mengunjungi Jepang, kalian akan merasa seperti tenggelam di lautan yang menggemaskan, tetapi setelah beberapa saat, kalian akan menjadi terbiasa, sehingga hampir tidak menyadarinya.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel