Pansori, Seni Mendongeng Korea Dengan Musik


Apakah kalian pernah mendengar tentang Pansori? Jika kalian suka menonton drama-drama sejarah Korea, kalian mungkin pernah melihat pertunjukan Pansori. Ini termasuk salah satu warisan budaya nasional Korea yang sudah diakui UNESCO loh! Meski demikian, keberadaan Pansori mulai memudar di zaman moderen ini. Padahal ia memiliki banyak sejarah yang terkandung di dalamnya.


Apa Itu Pansori ?

Pansori adalah salah satu bentuk musik tradisonal Korea dalam bentuk penceritaan musikal. Pansori terkadang disebut sebagai "Nyanyian Epik Korea" atau "Opera Korea". Pansori ditetapkan sebagai Properti Budaya Tak Benda Alami pada tahun 1964, dan ditambahkan ke Daftar Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan UNESCO pada tahun 2003.

Pertunjukan Pansori menjadi bagian dari Festival Budaya Korea. Selain dijadwalkan sebagai acara tersendiri, terdapat pula banyak rekaman pertunjukan yang tersedia bagi mereka yang ingin mendengarkan atau mempelajari Pansori. Pemerintah Korea ingin melestarikan Pansori, karena merupakan bagian yang sangat penting dari warisan nasional Korea.

Dalam suatu pertunjukan Pansori, terdapat dua pemain, yakni Kwangdae dan Gosu. Kwangdae adalah seorang penyanyi tunggal, sementara Gosu adalah seorang penabuh gendang yang mengiringi Kwangdae. Menurut catatan tertulis, istilah Kwangdae awalnya merujuk pada artis yang memakai topeng, kemudian menjadi nama dagang dari penyanyi Pansori selama periode Joseon.

Selain Kwangdae dan Gosu, penonton juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari suatu pertunjukan Pansori. Mereka diharapkan untuk memberi tanggapan selama pertunjukan. Ini dapat berupa suara penyemangat atau tepuk tangan.

Seorang penampil tunggal yang menyanyikan dan menceritakan cerita rakyat, harus memiliki penonton yang bersorak dan bereaksi terhadap klimaks sebuah adegan. Hal ini akan membantu penampil untuk membangun energi spiritual dan fisik yang dibutuhkan untuk menuju puncak cerita.


Ilustrasi Pinterest.com

Sejarah Pansori

Pansori dapat ditelusuri kembali ke abad ke-17 pada masa dinasti Joseon. Nama Pansori sendiri berasal dari kata Korea "pan (판)" yang berarti kerumunan orang banyak, dan "sori (소리) yang berarti bernyanyi atau mendongeng di depan penonton.

Awalnya ada 12 karya Pansori di era Joseon, tetapi yang tersisa hanya 5. Diantara 7 versi yang lainnya, satu-satunya versi yang telah dipulihkan tidak mengacu pada melodi, hanya liriknya. Sementara 5 lagu tradisional yang tersisa adalah Chunhyang-ga, Simcheong-ga, Heungbo-ga, Jeokbyeok-ga dan Sugang-ga.

Pansori awalnya adalah cara mengomentari masyarakat. Ada kemungkinan hilangnya banyak lagu Pansori adalah karena Pansori yang awalnya merupakan musik rakyat jelata, kemudian diambil oleh kelas penguasa, dan mereka hanya menyetujui 5 versi.


Pansori Klasik

Pertunjukan Pansori secara klasik mengggunakan musik untuk menceritakan cerita rakyat tradisional Korea. Durasinya terbilang panjang. Sebuah cerita lengkap bisa memakan waktu hingga delapan jam untuk ditampilkan. Selama pertunjukan, penonton akan mendengar nyanyian berisi cerita, bersama dengan suara gendang dan chuimsae (suara sorakan gosu saat pertunjukan). Penonton juga bisa merespon dengan chuimsae-nya sendiri untuk menyemangati penyanyi.

Pansori menampilkan nada suara yang kasar. Tidak seperti bentuk seni lainnya, garis antara pemain dan penonton kabur. Sementara penabuh drum akan meneriakkan sorakan kepada penyanyi, penonton yang baik juga diharapkan melakukan hal yang sama. Dan karena Pansori mengutamakan improvisasi, penyanyi yang baik akan bereaksi terhadap penonton dengan metode penyampaiannya yang khas. Penyanyi akan berganti-ganti antara menyanyi, bercerita, dan memberi isyarat. Mereka memainkan setiap karakter, bahkan suara latar dalam cerita.


Perkembangan Pansori

Pansori kebanyakan berkisar pada cerita rakyat, dan menjadi sangat populer pada tahun 1800-an. Namun, pada tahun 1960-an, Pansori mulai langka di Korea. Ini karena berkurangnya minat terhadap Pansori. Selain itu proses pelatihan dan pertunjukan Pansori sangat melelahkan. Repertoar Pansori juga penuh dengan peribahasa dan idiom kuno, sehingga menambah tingkat kesulitannya.

Hal ini membuat pemerintah berusaha untuk mempromosikan Pansori, guna melindungi seni tradisional ini. Pemain Pansori didorong untuk lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat, dengan harapan dapat menarik generasi penerus. Pemerintah juga memberikan bantuan yang dikhususkan untuk pemain dan peserta pelatihan Pansori, termasuk hibah untuk mensponsori pertunjukan Pansori.

Dewasa ini, ada upaya untuk membuat karya Pansori baru, terutama yang relevan dengan masyarakat moderen. Karya-karya tersebut mengikuti struktur musik dan ritmis tradisional, tetapi memiliki lirik baru. Ini disebut Changjak-Pansori (Pansori yang baru dibuat).


Pansori Moderen

Dalam pertunjukan Pansori yang lebih moderen, terkadang terdapat beberapa penyanyi yang menyuarakan karakter yang berbeda. Ini bertujuan untuk memberikan lebih banyak warna dalam pertunjukan. Pansori modern sering kali disajikan dalam beberapa bagian, agar penonton tidak bosan. Jadi, para penampil hanya membawakan cuplikan lagu tertentu.

Salah satu Master legendaris yang terkenal adalah Kim So hee. Beliau dinobatkan sebagai Pemegang Properti Budaya Tak Benda Penting untuk Pansori pada tahun 1964. Pada saat itu, dia adalah salah satu dari 6 orang yang memegang gelar ini. Muridnya, An Suk Seon juga merupakan salah satu master Pansori terkemuka di zaman moderen. Beliau telah tampil di banyak negara di dunia, dan terkenal karena memadukan Pansori dengan genre musik lain, seperti saksofon.




Referensi :
https://www.musicalexpert.org/what-is-pansori
https://pansoriethnomusicology.wordpress.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel