Semua Hal Tentang Tatami, Tikar Tradisional Jepang


Saat membahas tentang rumah tradisional Jepang, kebanyakan orang secara otomatis akan berpikir tentang Tatami. Ya, tikar jerami tradisional yang telah berfungsi sebagai lantai selama berabad-abad. Penggunaan tatami bahkan masih menjadi kebiasaan yang bertahan hingga saat ini.


Ilustrasi pixabay.com/chxfly9527

Sejarah Tatami

Dalam sejarah awalnya, lantai dialasi bukan dengan tikar keras seperti yang dikenal saat ini. Alih-alih, alasnya agak tipis dan bisa dilipat. Hal ini jugalah yang menjadi asal mula dari nama tikar jerami tatami, yang artinya melipat atau menumpuk.

Untuk waktu yang lama, tatami bersifat eksklusif untuk para bangsawan Jepang. Meski demikian, tidak seluruh ruangan di rumah mereka ditata dengan tatami. Baru sekitar abad ke-15, seluruh ruangan tatami menjadi mode, bersama keseluruhan tata letak dan etiketnya.

Rakyat jelata di Jepang belum bisa menikmati tatami sampai akhir abad ke-17, saat tatami secara bertahap mulai kehilangan status mewahnya dan menjangkau warga biasa. Ini kemudian menjadi standar yang digunakan untuk membangun kamar. Rumah Jepang moderen biasanya hanya memiliki satu ruang tatami (jika ada) yang disebut washitsu.


Terbuat Dari Apa Tatami?

Dahulu kala, tatami terbuat dari jerami padi. Sedangkan saat ini, papan serpihan kayu atau busa polistiren biasanya dapat ditemukan di dalam lantai tatami. Lapisan lembut yang menutupi alas lantai adalah anyaman jerami lembut, atau jerami igusa, dan bahan yang membuat tatami sangat nyaman untuk duduk, berjalan, dan tidur.

Saat tatami masih segar dan baru, warnanya cenderung menjadi hijau dengan jelas dan memiliki bau yang kaya. Namun seiring bertambahnya usia, aromanya memudar dan warnanya berubah menjadi kekuningan.

Saat ini tatami dibuat menggunakan mesin, namun dalam sejarahnya, sebagian besar orang menenun jerami igusa dengan tangan.


Ukuran dan Pengaturan Tatami

Hal yang cukup menarik dari tatami adalah standar ukuran tikar tatami berbeda-beda, tergantung pada lokasi. Misalnya, di Tokyo kalian akan menemukan tikar tatami yang ukurannya sedikit lebih kecil dari yang ada di Kyoto. Kemudian kalian bisa menemukan ukuran tatami yang terbesar di Kansai.

Bisa dikatakan bahwa, ukuran ruangan ditentukan oleh berapa jumlah tatami di dalamnya. Ruang teh misalnya, cenderung memiliki permukaan persegi dengan luas 4½ tikar tatami.

Selain menentukan ukuran ruangan, penataan dari masing-masing tikar tatami juga penting. Untuk ruang teh, umumnya tata letak ini berubah sesuai dengan musim. Pengaturan dari ruang tatami yang tidak menguntungkan atau harmonis dipercaya bisa membawa nasib buruk.


Etiket Tatami

Hal yang diketahui kebanyakan orang adalah sudah menjadi kebiasaan umum untuk melepas sepatu saat memasuki rumah Jepang, dan sebagai gantinya digunakan sandal yang nyaman saat berada di dalam. Tapi, apakah hal ini juga berlaku pada ruangan dengan tatami?

Ketika berbicara tentang tatami, satu-satunya cara yang tepat untuk berjalan di atasnya adalah dengan bertelanjang kaki atau menggunakan kaus kaki. Bahkan menggunakan sandal tidak diperbolehkan. Hal ini dilakukan untuk menjaga tatami tetap bersih, karena meski tatami mudah dibersihkan dengan penghisap debu, tetapi sangat sulit untuk benar-benar dicuci.


Tatami Dalam Dunia Moderen

Di zaman sekarang ini, sebagian besar tatami cenderung dibuat melalui proses industri dengan bantuan mesin. Proses produksi tatami secara massal ini menggunakan bahan dan metode yang lebih murah.

Sementara itu, rumah-rumah Jepang juga mulai berkembang pasca Perang Dunia II, dimana budaya Barat mulai berbaur dengan budaya Jepang. Hal ini terlihat dari penggunaan furnitur seperti meja dan kursi yang turut memengaruhi tradisi duduk di lantai Jepang.

Banyak rumah maupun bisnis yang mengadopsi jenis furnitur baru ini, dan tentunya ini secara alami berbahaya bagi permukaan tatami. Karenanya, banyak yang memilih jenis lantai lain daripada tatami.

Selain itu, tatami membutuhkan banyak perawatan karena mudah rusak, tidak boleh basah, dan harus diganti seluruhnya dalam 6 atau 7 tahun. Karenanya, tidak mengherankan jika generasi muda Jepang memilih untuk meninggalkan tradisi tatami, dan beralih ke jenis lantai lain dengan perawatan yang mudah.



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel